Politik
Dan Kemiskinan Di Indonesia
]
Kemiskinan adalah sebuah topik yang
dibicarakan hampir diseluruh dunia. kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Pembangunan di Indonesia saat ini
telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek di masyarakat, baik pada
kawasan pedesaan maupun perkotaan. Perubahan tersebut membawa dampak tidak
hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem nilai dalam tatanan kehidupan
sosial bermasyarakat. Namun sayangnya perubahan yang diciptakan oleh
pembangunan membawa dampak yang menyertainya sangat mengerikan dan kompleks,
karena ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam
masyarakat.
Identifikasi masalah
Kemiskinan di indonesia, dampak dari kemiskinan dan upaya
pengetasan kemiskinan.
Masalah ini diankat dengan asumsi
bahwa nyatanya d zaman globalisasi seprti sekarang ini, kemiskinan di indonesia
semakin banyak saja seperti tak kunjung usai. Masalah ini menimbulkan
masalah-masalah baru seperti pengangguran, dan kekerasan yang belakangan ini
sering terjadi di indonesia dan akhirnya pembangunan ekonomi tidak berjalan
lancar.
Alat analisa
Pembangunan merupakan proses yang
berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan
kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara
keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah
strategis.
John C. Bock, dalam Education and
Development: A Conflict Meaning (1992),:
- memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural
bangsa.
- mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan,
kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan
- untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang
pertama merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran artikel ini
disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang
lain merupakan fungsi ekonomi.
Berkaitan dengan peranan pendidikan
dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi
pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan: Paradigma
Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma fungsional melihat bahwa
keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup
penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut
pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan
merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan, melatih kemampuan dan
keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam
proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan yang erat
antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan.
Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human lnvestmen, yang menyatakan
bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate
of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dalam bidang
fisik.
Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma Sosialisasi melihat peranan
pendidikan dalam pembangunan adalah: a) mengembangkan kompetensi individu,
b) kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas, dan c) secara umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan
semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan
meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Gambaran kekurangan
materi, yang biasanya mencakup kebutuhan sehari-hari, sandang, perumahan,
dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan
informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal
ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya
penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh
dunia.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam
dua kategori , yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan
absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh
waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah
persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan
tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dg
pendapatan dibawah usd $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk
pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1
miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang
didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang
yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21%
pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang
hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi ,
nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.Meskipun
kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini
menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah
pinggiran kota dan ghetoo yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai
kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam
pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk
menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara
berkembang.
Landasan teori
Lingkaran kemiskinan
Lingkaran kemiskinan didefinisikan
sebagai suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain
sehingga menimbulkan suatu kondisi dimana sebuah negara akan tetap miskin dan
akan mengalami banyak kesulitan untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih
tinggi.
Konsep lingkaran kemiskinan
menganggap bahwa :
- Ketidak mampuan untuk mengerahkan tabungan yang cukup.
- Kurangnya faktor pendorong untuk kegiatan penanaman
modal
- Tingkat pendidikan masih rendah, merupakan tiga faktor
utama yang menghambat proses pembentukan modal dan pembangunan ekonomi di
berbagai negara yang sedang berkembang.
BAB II
Pembahasan
Kemiskinan di indonesia
Kemiskinan adalah keadaan dimana
terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjan.
Masalah kemiskinan adalah masalah
yang kompleks dan global. Di indonesia masalah kemiskinan seperti tak kunjung
usai. Masih banyak kita dapati para pengemis dan gelandangan berkeliaran tidak
hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar seperti jakarta pun pemandangan
seperti ini menjadi tontonan setiap hari. Kini di indonesia jerat kemiskinan
semakin parah. Kemiskinan bukan semata –mata persoalan ekonomi melainkan
kemiskinan kultural dan struktural.
Dmapak kemiskinan
Dampak kemiskinan terhadap
masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, diantaranya:
- Penganguran
- Kekerasan
- Pendidikan
- Kesehatan
- Upaya pengetasan kemiskinan di indonesia
Seperti telah disinggung di atas
bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang kompleks yang tak terpisahkan
dari pembangunan mekanisme sosial, ekonomi dan politik yang berlaku. Ole karena
itu setiap upaya pengetasan kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai
keakar masalah, jadi, memang tak ada jalan pintas untuk mengetaskan masalah
kemiskinan ini. Penanggulanganya tidak bisa secara tergesa-gesa.
Komitmen pemerintah untuk
mengetaskan kemiskinan tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah yang
disusun berdasarkan strategi nasional penanggulangan kemiskinan(SNPK).
Disamping turut menandatangani tujuan pembangunan milenium, dalam RPJM-nya
pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam mengetaskan kemiskinan.
Termasuk target ambisius dalam mengurangi angka kemiskinan.
Ada tiga ciri kemiskinan yang
menonjol di indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada disekitar garis
kemiskinan nasional, yang setara dengan PPPAS$1,55-per hari, sehingga banyak
penduduk yang meskipun tidak tergolong miskin tetapi rentan terhadap
kemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan sehingga tidak
mengambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang tidak
tergolong miskin dari segi pendapatan dapat dikatagorikan sebagai miskin atas
dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya
indikator-indikator pembangunan pembangunan manusia. Ketiga, mengingat sangat
luas dan beragamnya wilayah indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri
mendasar dari kemiskinan di indonesia.
Tiga cara untuk membantu mengankat
diri dari kemiskinan adalah melalui pertumbuhan ekonomi, layanan masyarakat dan
pengeluaran pemerintah. Masing-masing cara tersebut menangani minimal satu dari
tiga ciri utama kemiskinan di indonesia, yaitu: kerentanan, sifat multy dimensi
dan keragaman antar daerah .
Dengan kata lain, strategi dari
pengentasan yang efektif bagi indonesia terdiri dari tiga komponen:
- Membuat pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi rakyat
miskin.
- Membuat layanan sosial bermanfaat bagi rakyat miskin.
- Membuat pengeluaran pemerintah bermanfaat bagi rakyat
miskin.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan
merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan penangan lintas sektoral,
lintas profesional dan lintas lembaga. Departmen sosial merupakan salah satu
lembaga pemerintah yang telah lama aktif dalam program pengentasan kemiskinan.
Saran
Indonesia sebagai negara yang kaya
akan sumber daya alamnya . saran saya agar pemerintah dan seluruh masyarakat di
indonesia mau bekerja sama untuk ikut berperan serta dalam meminimalkan jumlah
kemiskinan agar negara kita bisa bangkit dari keterpurukan baik dari krisis
ekonomi maupun kemiskinan yang semakin meningkat tiap tahunya, agar negara kita
bisa berkembang dan maju serta mensejajarkan dengan negara maju yang sejahtera.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang
tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian
karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan
cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan
dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat
jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia,
dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
Jenis
dan macam pengangguran
Berdasarkan
jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran
dikelompokkan menjadi 3 macam:
- Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
- Setengah Menganggur
(Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35
jam selama seminggu.
- Pengangguran Terbuka
(Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang
belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan
penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya,
pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
- Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan
kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan
akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
- Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
- Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti:
- Akibat permintaan berkurang
- Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
- Akibat kebijakan pemerintah
- Pengangguran musiman
(seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan
menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang
menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti
musim tanam, pedagang
durian yang menanti musim durian.
Pengangguran siklikal adalah
pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga
permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran teknologi adalah
pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia
menjadi tenaga mesin-mesin.
Pengangguran siklus adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate
demand).
Penyebab
Pengangguran
Tingkat pengangguran dapat dihitung
dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya
bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Akibat
pengangguran
Bagi
perekonomian negara
- Penurunan pendapatan perkapita.
- Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari
sektor pajak.
- Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi
masyarakat
- Pengangguran merupakan beban psikologis
dan psikis.
- Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan,
karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
- Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Peringkat
negara berdasar tingkat pengangguran
Ranking
berdasarkan
entitas
|
Entitas
|
Tingkat
pengangguran
(%)
|
Sumber
/ tanggal dari
informasi
|
1
|
|
0.00
|
perkiraan 1996.
|
2
|
|
0.00
|
2005
|
3
|
|
0.00
|
|
4
|
|
0.90
|
Maret 2006 est.
|
5
|
|
1.20
|
perkiraan 2006 .
|
6
|
|
1.30
|
perkiraan 2006 .
|
7
|
|
1.30
|
September 2002
|
8
|
|
1.50
|
perkiraan Desember 2006
|
9
|
|
1.60
|
2005
|
10
|
|
1.70
|
1999
|
11
|
|
1.90
|
perkiraan 2006 .
|
12
|
|
2.00
|
perkiraan 2001 .
|
13
|
|
2.00
|
perkiraan 1992.
|
14
|
|
2.00
|
perkiraan 2006.
|
15
|
|
2.00
|
2004
|
16
|
|
2.10
|
perkiraan 2004.
|
17
|
|
2.10
|
perkiraan 2006.
|
18
|
|
2.10
|
2006
|
19
|
|
2.20
|
perkiraan 2006.
|
20
|
|
2.20
|
perkiraan 2004.
|
21
|
|
2.40
|
2001
|
22
|
|
2.40
|
perkiraan 2005.
|
23
|
|
2.50
|
perkiraan 2006.
|
24
|
|
2.50
|
2004
|
25
|
|
2.50
|
perkiraan 2000.
|
26
|
|
2.70
|
perkiraan 2006.
|
27
|
|
2.70
|
2006
|
28
|
|
2.90
|
perkiraan 2006.
|
29
|
|
3.00
|
2006
|
30
|
|
3.20
|
perkiraan 2005.
|
31
|
|
3.20
|
perkiraan 2006.
|
32
|
|
3.20
|
perkiraan 2006.
|
33
|
|
3.30
|
perkiraan Desember 2006 .
|
34
|
|
3.30
|
2005
|
35
|
|
3.30
|
perkiraan 2006.
|
36
|
|
3.50
|
perkiraan 2006.
|
37
|
|
3.50
|
perkiraan 2006.
|
38
|
|
3.60
|
1997
|
39
|
|
3.70
|
perkiraan 2006.
|
40
|
|
3.80
|
perkiraan 2006.
|
41
|
|
3.80
|
perkiraan 2006.
|
42
|
|
3.80
|
perkiraan 2006.
|
43
|
|
3.80
|
2004
|
44
|
|
3.90
|
2001
|
45
|
|
3.90
|
perkiraan 2006.
|
46
|
|
4.00
|
2006
|
47
|
|
4.10
|
perkiraan 2006.
|
48
|
|
4.10
|
2005
|
49
|
|
4.10
|
perkiraan 2006.
|
50
|
|
4.20
|
2005
|
51
|
|
4.20
|
perkiraan 2005.
|
52
|
|
4.30
|
perkiraan 2006.
|
53
|
|
4.40
|
2004
|
54
|
|
4.50
|
2006
|
55
|
|
4.50
|
1997
|
56
|
|
4.80
|
perkiraan 2006.
|
57
|
|
4.90
|
perkiraan 2006.
|
58
|
|
4.90
|
perkiraan 2006.
|
59
|
|
4.90
|
perkiraan 2006.
|
60
|
|
5.30
|
perkiraan 2006.
|
61
|
|
5.50
|
|
62
|
|
5.50
|
perkiraan 2006.
|
63
|
|
5.60
|
|
64
|
|
5.60
|
perkiraan 2006.
|
65
|
|
5.80
|
perkiraan 2006.
|
66
|
|
6.00
|
perkiraan 2006.
|
67
|
|
6.00
|
perkiraan 1998.
|
68
|
|
6.10
|
perkiraan 2006.
|
69
|
|
6.20
|
2004
|
70
|
|
6.40
|
perkiraan 2006.
|
71
|
|
6.50
|
perkiraan Desember 2006.
|
72
|
|
6.50
|
perkiraan 2006.
|
73
|
|
6.60
|
perkiraan 2006.
|
74
|
|
6.60
|
perkiraan 2006.
|
75
|
|
6.80
|
perkiraan 2006.
|
76
|
|
6.80
|
perkiraan 2005.
|
77
|
|
6.90
|
perkiraan 2005 .
|
78
|
|
7.00
|
perkiraan 2006.
|
79
|
|
7.00
|
perkiraan 2006.
|
80
|
|
7.10
|
perkiraan 2006.
|
81
|
|
7.20
|
perkiraan 2006.
|
82
|
|
7.30
|
perkiraan 2005.
|
83
|
|
7.40
|
perkiraan November 2006.
|
84
|
|
7.40
|
perkiraan 2006.
|
85
|
|
7.40
|
perkiraan 2006 .
|
86
|
|
7.60
|
perkiraan 2006.
|
87
|
|
7.60
|
perkiraan 2006
|
88
|
|
7.60
|
perkiraan Januari 2007.
|
89
|
|
7.60
|
1999
|
90
|
|
7.70
|
perkiraan 2006 .
|
91
|
|
7.80
|
perkiraan 2006 .
|
92
|
|
7.80
|
perkiraan 2006 .
|
93
|
|
7.80
|
2006
|
94
|
|
7.90
|
perkiraan 2006.
|
95
|
|
8.00
|
2002
|
96
|
|
8.00
|
perkiraan 2001 .
|
97
|
|
8.10
|
perkiraan 2006.
|
98
|
|
8.10
|
perkiraan Oktober 2006.
|
99
|
|
8.40
|
perkiraan 2006 .
|
—
|
|
8.50
|
perkiraan 2006 .
|
100
|
|
8.70
|
perkiraan Desember 2006 .
|
101
|
|
8.80
|
perkiraan 2006.
|
102
|
|
8.90
|
perkiraan October 2006 .
|
103
|
|
9.20
|
perkiraan 2006 .
|
104
|
|
9.30
|
perkiraan 2005 .
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kebijakan-Kebijakan
Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran
membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran
yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
Cara
Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis
ini, cara yang digunakan adalah :
- Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
- Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat
dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
- Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi
kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
- Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang
mengalami pengangguran.
Cara
Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara
umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
- Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan
industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
- Deregulasi dan debirokratisasi di
berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
- Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home
industry.
- Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga
kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
- Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti
pembangunan jembatan, jalan
raya, PLTU,
PLTA, dan
lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk
merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara
Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi
dengan cara sebagai berikut.
- Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja
di sektor lain, dan
- Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk
memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara
Mengatasi Pengangguran Siklis
Untuk mengatasi pengangguran jenis
ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
- Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa, dan
- Meningkatkan daya beli masyarakat
BAB III
PENUTUP
Saran : jadikalah bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari kemiskinan dan korupsi
Kesimpulan : indonesia akan menjadi bangsa yang berpolitik hebat.
http://studentsite.gunadarma.ac.id/home/index.php?stateid=tugas