33. Goresan Kehidupan
Goresan Kehidupan
Suatu ketika, tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru
saja membeli mobil mewah , sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini , sang
pengusaha sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan
kecepatan penuh , dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga
sekitar. Di pinggir jalan , tampak beberapa anak yang sedang bermain
sambil melempar sesuatu.
Namun , karena berjalan terlalu kencang , tak terlalu diperhatikannya anak-anak
itu. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang melintas dari arah mobil-mobil
yang diparkir di jalan. Tapi , bukan anak-anak itu yang tampak
melintas. Aah. .. ternyata ada sebuah batu yang menimpa Jaguar itu. Sisi
pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.
Cittt ……. ditekannya rem mobil kuat-kuat.
Dengan geram , dimundurkannya mobil itu
menuju tempat arah batu itu dilemparkan. Jaguar yang tergores , bukanlah
perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain ,
begitu pikir sang pengusa ha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa.
Ditariknya seorang anak yang paling
dekat dan dipojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir. “Apa
yang telah kau lakukan ? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku !
Lihat goresan itu “, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu
mobil. “Kamu tentu paham , mobil baru semacam ini akan butuh banyak
ongkos di bengkel kalau sampai tergores ,” ujarnya lagi dengan geram ,
tampak ingin memukul anak itu.
Sang anak tampak ketakutan dan berusaha meminta maaf. “Maaf Pak , maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab , saya tidak tahu
lagi harus melakukan apa “. Pada air mukanya tak tersembunyikan rasa
ngerinya, dan tangannya bermohon ampun. “Maaf Pak , saya melemparkan
batu itu , karena tak ada seorang pun yang mau berhenti….”
Dengan air mata yang mulai berjatuhan di
pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah , di dekat mobil-mobil
parkir tadi. “Itu di sana ada kakakku. Dia tadi tergelincir , dan
terjatuh dari kursi rodanya.
Saya tak kuat mengangkatnya. Dia terlalu
berat. Badannya tak mampu saya papah, dan sekarang dia sedang
kesakitan…” Air matanya mengalir makin deras yang diusapnya berkali-kali
dengan punggung tangannya bergantian. Ia mulai terisak.
Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya
berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. “Maukah Bapak membantu
saya mengangkatnya ke kursi roda ? Tolonglah , kakakku terluka , tapi
dia terlalu berat untukku” . Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda
itu terdiam. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya
mampu menelan ludah. Segera , diangkatnya anak yang cacat itu menuju
kursi rodanya. Kemudian diambilnya sapu tangan mahal miliknya , untuk
mengusap luka di lutut anak itu.
Memar dan tergores, sama seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.
Setelah beberapa saat , kedua anak itu pun berterima kasih
, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. “Terima kasih, dan
semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak ” Keduanya berjalan
beriringan , meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka.
Matanya terus mengikuti langkah sang
anak yang mendorong kursi roda itu , melintasi sisi jalan menuju rumah
mereka. Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju
Jaguar miliknya. Disusurinya jalan itu dengan lambat , sambil
merenungkan kejadian yang baru saja dialaminya. Kerusakan yang terjadi
pada mobil mahalnya bisa jadi bukanlah hal sepele.
Namun , ia memilih untuk tak menghapus
goresan itu.Ia sengaja membiarkan goresan itu, agar tetap
mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap
nyata terlihat: “Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat , karena ,
seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatian mu.”
Saudara, sama halnya dengan kendaraan , hidup
kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap
sisinya , hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan
kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat , sehingga
tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat
sekitar ?
Kadang , kita memang tak punya waktu
untuk mendengar, menyimak , dan menyadari setiap ujaran Nya. Kita
kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan , memacu hidup dengan
penuh nafsu , hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.
Saudara, kadang memang , ada yang akan
“melemparkan batu” buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak.
Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata
Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita
http://renungan-harian.com/kumpulan-cerita-rohani-kristen-goresan-kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar