Dia Mati Untukmu
March 15, 2011
Kurniawan Tjandra
Setelah
sebuah pujian dinaikkan seperti biasanya pada kebaktian minggu sore,
gembala gereja itu berdiri dan berjalan ke mimbar. Ia memperkenalkan
seseorang yang akan bercerita kepada jemaat tentang masa kecilnya. Lalu
seseorang yang agak tua berdiri dan berjalan ke mimbar. Ia memulai
dengan berkata, “Seorang ayah, anaknya dan teman anak itu berlayar di
lautan pasifik,” lanjutnya, “Saat badai yang besar menghantam dan ombak
begitu tinggi, sang ayah tidak dapat menahan kapalnya dari badai besar
itu, walaupun ia adalah seorang pelaut yang handal. Ketiganya terhempas
ke lautan bebas.”
Orang tua itu terdiam sejenak, sambil
membuat kontak mata dengan dua orang pemuda yang sejak awal tampak
tertarik dengan ceritanya. Dia pun melanjutkan, “Sang ayah berusaha
menggapai pelampung, namun ia harus membuat keputusan yang tersulit dalam hidupnya. Kepada siapa ia harus melemparkan satu-satunya pelampung itu. Anaknya atau teman anaknya. Dia hanya punya beberapa detik saja untuk memutuskan.”
“Ayah itu tahu kalau anaknya adalah seorang percaya, namun teman anaknya bukanlah seorang Kristen.
Kegalauan gejolak hatinya untuk mengambil keputusan tidak sebanding
dengan gejolak ombak yang begitu besarnya saat itu. Dan ketika sang ayah
berteriak, “Aku mengasihimu, anakku!”. Dia pun melemparkan pelampung
itu ke arah teman anaknya. Pada saat itu dia menarik pelampung dan teman
anaknya ke atas perahu, anaknya telah hilang dan lenyap ditelan ombak
dalam gelapnya malam. Dan tubuh anaknya tidak pernah ditemukan.”
“Si ayah mengetahui kalau anaknya akan
masuk ke dalam kekekalan bersama Yesus dan ia tidak dapat membayangkan
teman anaknya itu masuk ke dalam kekekalan tanpa Yesus. Karena itu, dia
mengorbankan anaknya. Oh, betapa luar biasanya kasih Tuhan karena Ia juga melakukan hal yang sama untuk kita!”
Beberapa menit setelah kebaktian usai, dua anak muda itu menghampiri orang tua itu. “Itu merupakan cerita
yang sungguh luar biasa, “Kata salah satu anak itu, “Tetapi kupikir,
sangat tidak masuk akal bagi seorang ayah untuk menyerahkan hidup
anaknya dengan harapan bahwa anak yang satunya akan menjadi seorang
Kristen. “Orang tua itu menatap Alkitabnya, lalu menjawab dengan
senyuman di wajahnya, “Hal itu memang sungguh tidak masuk akal bukan?
Tapi saya ada disini hari ini untuk memberitahukan bahwa kenyataannya
cerita itu memberi saya sebuah gambaran mengenai Allah Bapa yang telah memberikan anakNya untukku. Kalian tahu, anak-anak, aku adalah teman dari anaknya itu.”
Camkan hal ini, kamu bisa hidup, karena
ada seseorang yang sudah mati buatmu 2000 tahun yang lalu.. Dia adalah
Yesus Kristus.. Kebebasanmu itu berharga mahal..
KasihNYA tidak akan terbayar oleh apapun, satu hal yang bisa kita
lakukan untukNYA adalah Menyerahkan hidup kita seutuhnya bagi kemuliaan
namaNYA, dan mencintai Tuhan sepenuh hati kita.. Tuhan Yesus Mencintaimu..
http://renungan-harian.com/cerita-renungan-dia-mati-untukmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar