Tidak Ada Yang Kebetulan
March 18, 2011
Kurniawan Tjandra
Di
salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang
disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya.
Karena segala permohonan pasti bisa dikabulkan-Nya,
maka orang berbondong-bondong datang secara khusus kesana untuk berdoa,
berlutut dan menyembah, hampir dapat dikatakan halaman gereja penuh
sesak seperti pasar.
Di dalam
gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat Yesus yang setiap hari
berada di atas kayu salib, harus menghadapi begitu banyak permintaan
orang, ia pun merasa iba dan di dalam hati
ia berharap bisa ikut memikul beban penderitaan Yesus Kristus. Pada
suatu hari, sang penjaga pintu pun berdoa menyatakan harapannya itu
kepada Yesus.
Di luar dugaan, ia mendengar sebuah
suara yang mengatakan, “Baiklah! Aku akan turun menggantikan kamu
sebagai penjaga pintu, dan kamu yang naik diatas salib itu, namun apapun
yang kau dengar, janganlah mengucapkan sepatah kata pun.” Si penjaga
pintu merasa permintaan itu sangat mudah.
Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik
ke atas, menjulurkan sepasang lengannya seperti Yesus yang dipaku diatas
kayu salib. Karena itu orang-orang yang datang bersujud, tidak menaruh
curiga sedikit pun. Si penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian
sebelumnya, yaitu diam saja tidak boleh berbicara sambil mendengarkan
isi hati orang-orang yang datang.
Orang yang datang tiada habisnya,
permintaan mereka pun ada yang rasional dan ada juga yang tidak
rasional, banyak sekali permintaan yang aneh-aneh. Namun demikian, si
penjaga pintu itu tetap bertahan untuk tidak bicara, karena harus
menepati janji sebelumnya.
Pada suatu hari datanglah seorang
saudagar kaya, setelah saudagar itu selesai berdoa, ternyata kantung
uangnya tertinggal. Ia melihatnya dan ingin sekali memanggil saudagar
itu kembali, namun terpaksa menahan diri untuk tidak berbicara.
Selanjutnya datanglah seorang miskin yang sudah 3 hari tidak makan, ia
berdoa kepada Yesus agar dapat menolongnya melewati kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan
kantung uang yang ditinggalkan oleh saudagar tadi dan begitu dibuka,
ternyata isinya uang dalam jumlah besar. Orang miskin itu pun kegirangan
bukan main, “Yesus benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!”
dengan amat bersyukur ia lalu pergi.
Diatas kayu salib, “Yesus” ingin sekali
memberitahunya, bahwa itu bukan miliknya. Namun karena sudah ada
perjanjian, maka ia tetap menahan diri untuk tidak berbicara.
Berikutnya, datanglah seorang pemuda yang akan berlayar ke tempat yang
jauh. Ia datang memohon agar Yesus memberkati keselamatannya. Saat
hendak meninggalkan
gereja, saudagar kaya itu menerjang masuk dan langsung mencengkram
kerah baju si pemuda, dan memaksa si pemuda itu mengembalikan uangnya.
Si pemuda itu tidak mengerti keadaan yang sebenarnya, lalu keduanya
saling bertengkar.
Di saat demikian, tiba-tiba dari atas
kayu salib “Yesus” akhirnya angkat bicara. Setelah semua masalahnya
jelas, saudagar kaya itu pun kemudian pergi mencari orang miskin itu dan si pemuda yang akan berlayar pun bergegas pergi, karena khawatir akan ketinggalan kapal.
Yesus yang asli kemudian muncul,
menunjuk ke arah kayu salib itu sambil berkata, “TURUNLAH KAMU! Kamu
tidak layak berada disana.” Penjaga itu berkata, “Aku telah mengatakan
yang sebenarnya dan menjernihkan persoalan serta memberikan keadilan,
apakah salahku?”
“Apa yang kamu tahu?”, kata Yesus.
“Saudagar kaya itu sama sekali tidak
kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud untuk
dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang itu dapat
memecahkan masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling kasihan
adalah pemuda itu. Jika saudagar itu terus bertengkar dengan si pemuda
sampai ia ketinggalan kapal, maka si pemuda itu mungkin tidak akan
kehilangan nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya sedang
tenggelam di tengah laut.”
———————————————————————————————————
Ini kedengarannya seperti sebuah anekdot yang menggelikan, namun dibalik itu terkandung sebuah rahasia kehidupan…Kita
seringkali menganggap apa yang kita lakukan adalah yang paling baik,
namun kenyataannya kadang justru bertentangan. Itu terjadi karena kita
tidak mengetahui hubungan sebab-akibat dalam kehidupan ini.
Kita harus percaya bahwa semua yang kita
alami saat ini, baik itu keberuntungan maupun kemalangan, semuanya
merupakan hasil pengaturan yang terbaik dari Tuhan buat kita, dengan
begitu kita baru bisa bersyukur dalam keberuntungan dan kemalangan dan tetap bersuka cita.
Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar