40. Berkorban Itu Indah
Berkorban Itu Indah
Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.
“Apa kabar daun hijau!!!” katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang.
“Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?” tanya daun hijau.
“Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?” kata ulat kecil.
“Tentu … tentu … mendekatlah ke mari.”
Daun hijau berpikir, jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan belobang-lobang, tapi tak apalah.
Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih
kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan
si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh
kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana sini, namun ia bahagia bisa melakukan bagi ulat kecil yang lapar.
Tidak lama berselang ketika musim panas
datang, daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh
ke tanah, disapu orang dan dibakar.
Apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih mempunyai “hati” bagi sesamanya.
Yang tidak menutup mata ketika melihat
sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah-olah tidak
mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong.
Ia rela melakukan sesuatu untuk
kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri.
Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang
tidak mudah, tetapi indah..
Ketika berkorban, diri kita sendiri
menjadi seperti daun yang berlobang, namun itu sebenarnya tidak
mempengaruhi hidup kita. Kita akan tetap hijau, Allah akan tetap
memberkati dan memelihara kita.
Bagi “daun hijau”, berkorban merupakan
satu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia
melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia
juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal
sebagai daun hijau. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.
Demikianlah hidup kita, hidup ini hanya
sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan
perbuatan-perbuatan baik: kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.
Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu
yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Dalam
banyak hal kita bisa berkorban.
Mendahulukan kepentingan sesama,
melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih
banyak lagi pengorbanan yang bisa dilakukan. Jangan lupa bahwa kita
pernah menerima pengorbanan yang tiada taranya dari Yesus hingga kita
bisa diselamatkan seperti sekarang ini.
http://renungan-harian.com/kisah-renungan-kristen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar